Kamis, 27 April 2017

Menghindari Masalah Kepesertaan Ganda


Sumber Gambar : inacbg.net

Pertanyaan dari salah satu Pengelola Rumah Sakit

Assalamu’alaikum Dok maaf saya mau tanya, mohon penjelasan, mengapa tagihan Rumah Sakit kami bulan Desember 2016 dan Januari 2017 tidak dibayar dengan alasan pasien punya BPJS Kesehatan. Kami kan tidak tahu kalau pasien Jamkesmas memiliki juga BPJS Kesehatan?
***
Pertanyaan di atas sudah tepat ditujukan kepada saya yang memang selama ini mengelola pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin dan/atau tidak mampu yang belum memiliki Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Ini Jawaban Saya

Wa’alaikumussalam wr.wb.
Kembali saya mengingatkan, bahwa pasien Jamkesmas hamper 100% tercatat sebagai Peserta Jaminan Kesehatan Nasional atau Peserta BPJS Kesehatan sebagai PBI APBN (Penerima Bantuan Iuran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi Januari 2014. Dalam beberapa kali pertemuan sudah diinformasikan agar setiap menerima pasien (khususnya yang Jamkesmas) harus selalu dicek terlebih dahulu melalui Aplikasi SEP (Surat Eligibilitas Peserta) dengan menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang bersangkutan agar terhindar dari problem kepesertaan ganda dengan BPJS Kesehatan. Selain Aplikasi SEP, kepastian kepesertaan dalam JKN/BPJS Kesehatan bisa pula diketahui dari Aplikasi P-Care yang biasa digunakan di level FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama). Terima kasih. (La Ode Ahmad)

Rabu, 26 April 2017

Menghindari Buku Catatan Amal Kosong


Sumber Gambar: ismhawathy.blogspot.co.id

Pertanyaan dari Ibu Nok Titi Nurmawati :

mau tanya pak dokter,kl kita lihat pedagang renta,trs kita beli gk nawar bahkan gk ambil kembalian itu trmasuk nolong bkn ? soalnya pengen bantu lebih tp lom bisa tp suka kepikiran dan ada ganjalan dlm hati,sprtinya Alloh mengingatkan bhw sy harus tolong dia lagi ? tapi saya suka sebel sm yg pinjam uang,pinjamnya maksa bayarnya gk tepat janji,nah ini kan boro2jd cttn amal ? hehe... 

Pertanyaan di atas disampaikan terkait dengan status saya di facebook sebagai berikut:

Jika kita melihat atau mendengar orang lain menghadapi kesulitan, maka sesungguhnya kita sedang diuji dengan kenyataan tersebut, sebatas mana perhatian kita untuk ikut membantu menyelesaikannya. Allah berkuasa menghilangkan kesulitan itu tanpa campur tangan siapapun, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tapi kalau itu dilakukan-Nya, maka buku catatan amal kita akan selalu kosong. Kalau toh terisi, besar kemungkinan buku itu akan kita terima kelak dengan penuh penyesalan.

(Status di atas sebenarnya saya ambil dari salah satu WebLog saya "Kutipan Hari Ini", khususnya yang berjudul Buku Catatan Amal Kosong)

Ini Jawaban Saya :

Penting untuk selalu saya katakan bahwa segala sesuatu harus kita tanyakan pada ahlinya. Saya bukan ahlinya. Apa yang saya tulis di ruang ini adalah sebatas pemahaman saya terhadap sesuatu. Kekurangan, kesalahan, kelemahan, atau apapun yang menunjukan ketidaksempurnaan saya sebagai makhluk, mudah-mudahan menjadi pintu pembuka tegur sapa yang makruf di antara kita.

Saya melihat dua hal dalam pertanyaan di atas. Pertama, pedagang renta. Di mata saya ia sedang menjalankan sebuah ikhtiar yang terpuji. Pedagang renta itu sedang berkolaborasi dengan malaikat pencatat amal kebaikan agar buku catatan amalnya masih bisa tetap terisi diusia senjanya. Saya membayangkan, pedagang itu tidak memikirkan siapa-siapa yang akan membeli dagangannya. Kemungkinan besar yang ia pikirkan, dan yang ia harapkan adalah semoga Allah ridha terhadap ikhtiar yang sedang ia lakukan. Bahwa kemudian ada yang membeli, pedagang renta itu kemungkinan memiliki keyakinan bahwa transaksi yang sedang terjadi adalah bagian dari lingkaran keberkahan amal masing-masing untuk saling tolong menolong.

Kedua, orang yang suka meminjam uang dengan cara memaksa dan sering tidak tepat janji. Orang dengan tipe seperti ini, tetap perlu kita bantu sesuai dengan kemampuan kita, dengan keyakinan bahwa kemampuan kita adalah bagian dari amanah yang dititipkan Allah. Memang, perbuatan memaksa, ditambah dengan sering tidak menepati janji, adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji. Jika saja orang-orang seperti itu terbuka mata hatinya, mereka bisa membayangkan betapa menjijikkannya buku catatan amal yang sedang mereka susun. Bantuan kita kepada orang seperti ini harus lebih banyak berupa support moral, minimal melalui doa-doa yang tulus, semoga Allah membuka hatinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji. Wallahua'lam. (La Ode Ahmad)